Jika sudah masuk waktunya ujian, biasanya para
orangtua, khususnya kaum ibu akan ikut ujian pula. Apalagi bagi orangtua yang
anaknya masih duduk di bangku sekolah dasar, ibunya pun mau tak mau harus ikut
belajar dengan anaknya.
Begitu juga dengan saya, ketika anak saya yang
duduk di kelas 2 sebuah SDN di bilangan Jakarta Selatan akan belajar, saya
pun ikut belajar lagi. Dan biasanya di akhir pelajaran, saya akan mengajukan
berbagai pertanyaan pada anak saya. Dan kegiatan ini rutin saya lakukan setiap
anak saya akan ujian.
Seusai ujian, bukannya anak-anak yang deg-degan
dengan hasil ujian, namun lebih ke orangtuanya. Kalau saya sendiri mungkin
lebih kepada apakah anak saya mampu mengingat pelajaran yang saya ajarkan
padanya waktu itu atau tidak.
Maka tak ayal lagi, ketika kertas hasil ulangan
dibagikan, saya pun akan mengkroscek semua jawaban anak saya. Jika ada yang
menurut saya benar namun di salahkan oleh gurunya, maka saya pun akan
menanyakan pada gurunya, kenapa?
Sehabis UKK (Ujian Kenaikan Kelas) kemarin, seperti
biasa saya pun memeriksa hasil ujian anak saya. Sebenarnya nilai anak saya
termasuk bagus, menurut saya. Namun bagi saya bukan masalah bagus atau
tidaknya, namun lebih kepada kenapa jawaban yang benar di salahkan oleh
gurunya. Saya seperti biasa, selalu berpikir positif, mungkin gurunya lelah.
Sehingga agak teledor ketika memeriksa jawaban murid-muridnya.
Namun bagaimanapun saya tetap ingin menanyakan
pada gurunya. Contoh soal essay yang saya tanyakan adalah sebagai berikut :
Sebutkan 3 contoh bangun datar yang kamu ketahui!
Dan anak saya menjawab :
Trapesium, Lingkaran dan Segitiga
Jawaban anak saya yang trapesium dan lingkaran
disalahkan oleh gurunya, yang benar cuma segitiga.
Dan saya pun bingung, kenapa salah? Bukankah
trapesium dan lingkaran termasuk dalam bangun datar. Tanpa harus memeriksa
kebenarannya dalam buku cetak pelajarannya pun saya sudah yakin. Waktu saya
masih SD, trapesium, jajaran genjang, lingkaran, segitiga, persegi panjang
bujur sangkar, itu semua masuk dalam bangun datar.
Dan tahukah kamu, apa jawaban dari gurunya ketika
saya menanyakannya? Karena jawabannya tidak sesuai dengan lembaran kunci
jawaban yang sudah ada. Apaa??!
Ibu gurunya mengatakan bahwa untuk UKK, yang
membuat soal ujian bukan hanya dari sekolah ini, namun bersama-sama dengan
sekolah lainnya. Sekolah ini hanya ikut membuat soal ujian untuk mata pelajaran
IPA, sedangkan untuk mata pelajaran lainnya yang mengerjakan adalah sekolah
lain. Setiap soal ujian tersebut sudah ada kunci jawaban yang diberikan dari
sekolah yang membuat soalnya.
Dan jawaban anak saya tidak sesuai dengan kunci
jawaban yang diterimanya dari sekolah yang telah membuat soal Matematika
tersebut! Karena jawaban yang tertera pada lembaran kunci adalah Jajaran
Genjang, Persegi Panjang dan Segitiga!
Ampuun deh! Saya sempat bersitegang dengan gurunya.
Namun sang guru kukuh dengan jawabannya, bahwa dia tidak bisa membetulkan
jawaban anak saya, karena itu berarti dia melanggar prosedur dan ketentuan.
Namanya soal essay, ada banyak kemungkinan jawaban
benar yang mungkin bisa diisi oleh murid-murid. Namun hanya karena tidak sesuai
dengan lembar jawaban kunci, maka guru pun berhak menyalahkan jawaban benar
tersebut. Saya tidak tahu lagi harus bicara apa. Berdebat dengan guru yang cara
berpikirnya seperti ini, tidak ada gunanya bagi saya. Apalagi di bulan
puasa, sepertinya menghabiskan energi saya saja.
Menurut saya untuk soal essay, mungin kunci jawaban
mestinya memuat seluruh kemungkinan jawaban yang benar, yang mungkin akan di
jawab oleh anak-anak, sehingga guru-guru yang berpikiran sama seperti guru anak
saya, bisa memilih dan memilah jawaban yang diisi oleh anak didiknya.
Dalam hati saya masih bersyukur, untunglah tidak banyak jawaban anak saya
yang disalahkan gara-gara kunci jawaban konyol ini. Namun bagaimana dengan
nasib anak-anak lain, yang nilainya terjebak gara-gara kunci jawabn ini?