Minggu, 09 Februari 2020

Setoranmu! Deritaku!

Angkutan umum merupakan kendaraan yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat khususnya masyarakat yang memang selalu bepergian menggunakan angkutan umum. Mereka menggunakan angkot karena memang tidak mempunyai kendaraan pribadi atau tidak ingin repot membawa kendaraan sendiri atau mungkin karena mereka ingin mengurangi kemacetan lalu lintas.

Sedikit cerita nih! Mengenai pengalaman saya ketika menggunakan kendaraan umum di Jakarta. Kebetulan hari itu saya menggunakan kendaraan umum untuk pulang ke rumah. Jam menunjukkan waktunya para pekerja untuk pulang. Bisa dipastikan ini adalah waktu yang tidak tepat. Terbayang macetnya perjalanan yang bakal saya tempuh nantinya :( Saat itu hanya ada dua pilihan kendaraan umum yang bisa saya gunakan yaitu kopaja reguler (biasa) jurusan Lebak Bulus-Senen atau kopaja AC dengan jurusan yang sama.

Kalau saya memilih kopaja reguler, enaknya saya bisa duduk manis tanpa perlu desak-desakan dengan penumpang lain plus harga lebih murah, tapi perlu waktu dua jam untuk bisa sampai rumah. Kalau naik yang AC saya bisa sampai rumah dalam waktu satu jam karena kopaja AC menggunakan jalur busway, namun konsekuensinya saya harus berdiri berdesak-desakan dalam kopaja.

Dengan menimbang ingin cepat sampai dirumah agar bisa istirahat, maka saya pun memilih kopaja AC. Tepat dugaan saya, saya berdiri berdesakan di bagian depan kopaja, tepatnya dekat sopir.

Seorang kenek wanita sibuk mondar mandir minta ongkos dan menyuruh kami untuk bisa lebih merapat lagi, padahal posisi kami sudah tidak memungkinkan lagi untuk bergeser sesentipun, sudah kayak sarden dalam kaleng! Hadeeh!!

Di setiap halte, sang kenek sibuk teriak-teriak, "Kosong! Kosong! Ayo naik!"

Awalnya para penumpang hanya ngedumel mendengar sang kenek ngomong 'masih kosong'. Namun, karena di setiap halte bilang 'kosong' dan nyuruh penumpang untuk geser lagi dan lagi, seorang penumpang dengan suara lantang membalas teriakan si kenek. "Kosong apaan, udah kegencet gini! Udah penuh!" teriaknya.

Si kenek hanya diam saja, sambil lanjut teriak keluar 'Ayo yang mau naik! Masih kosong!"

Para penumpang pun mulai ngedumel lagi. Beberapa sibuk ngegosipin si kenek. Eh tak lama berselang, mungkin karena panas mendengar omelan para ibu-ibu ini, si sopir nyeletuk dengan suara pelan. "Yah, makhlumlah. Orang kita nyari setoran. Gimana sih!" gerutunya.

Gerutuan sang sopir langsung dibalas seorang penumpang. " Ya, tapi gak gitu juga kali bang! Yang dibawa manusia nih! Sopir pun hanya membalas dengan gerutuan yang tidak begitu jelas.

Tiba di halte selanjutnya, seperti biasa sang kenek kembali teriak, "Kosong! Ayo naik!"

Dan perkataan sang kenek ini pun dibalas dua orang ibu-ibu, "Udah penuh! Kosong apaan! Mo ditaro dimana lagi sih! Saya sudah kegencet nih!"

Rupanya sang kenek yang sedari tadi diam, akhirnya menjawab, " Yang komen, silahkan turun! Nih, ongkosnya saya balikin lagi!' tantangnya.

"Harap makhlumlah! Kami nyari setoran! Kalo nggak ada setoran, mo bayar pake apa!" katanya lantang.

"Tapi nggak kayak ini juga kali! Ini yang kalian bawa orang tau. Udah penuh begini, masih suruh geser-geser aja," balas seorang penumpang.

Dan sang kenek kembali menjawab, "Ya udah! Yang komen silahkan turun! Ongkosnya saya balikin!"

Para penumpang pun hanya terdiam, sambil beberapa ada yang ngedumel, kesal. Tapi mereka tak satu pun ada yang mau turun. Dan ini membuat situasi si sopir dan si kenek merasa di atas angin.

Si sopir pun melanjutkan omelannya." Kalo nggak mau desak-desakan, besok naik taksi aja! Jangan naik kopaja lah. Kalo naik kopaja ya begini. Jangan samain dengan busway, mereka gak kejar setoran! Kami butuh setoran, kalian butuh waktu cepat," katanya.

Para penumpang pun langsung melirik kearah sopir dengan muka sebal. Lalu saya mendengar salah seorang penumpang di sebelah saya bicara pelan kepada ibu yang ngomel tadi. "Ntar kalo disuruh geser sama kenek, diam aja bu. Kalo kita nurut dan bergeser sama saja kita ngasih dia ruang buat masukin dan nambahin penumpang lagi," nasehatnya.

Saya pun mengangguk-ngangguk pertanda setuju dengan nasehatnya. Posisi saya sendiri sebenarnya cukup memprihatinkan (menurut saya). Berdiri agak miring karena terdesak oleh penumpang dibelakang saya. Sementara di depan saya ada penumpang lain yang lagi duduk. Jadilah saya harus menahan beban tubuh saya dengan berpegang erat pada tiang besi yang terdapat di atas kepala saya agar tidak jatuh menimpa penumpang di depan.

Sementara agak di depan dekat pintu, saya lihat seorang bumil berdiri berpegangan pada pintu yang tertutup. Dan tak ada yang peduli. Ya ampun, parah amat sih kopaja ini. Namun si bumil nampak santai saja dengan posisinya, mungkin sudah biasa kali yah, tiap hari seperti ini. Ckckck... Miris sekali :(

Mungkin harus ada peraturan khusus buat angkutan umum mengenai keselamatan penumpang, harus ada sanksi, ada razia dari polisi atau solusi apalah gitu, biar kejadian ini tidak harus dialami oleh para pekerja khususnya wanita tiap harinya.

Kepada sopir, walaupun tidak semuanya yang bersikap sama seperti sopir di atas, saya harap bisa mempunyai sedikit hati nurani untuk para penumpangnya. Berbuat baik pada penumpang akan menambah setoran pahala lho! Jangan hanya mengejar setoran uang saja! Kamu kejar setoran, kami yang menderita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar