Senin, 24 Februari 2020

Sayang Anak, Haruskah Kabulkan Semua Keinginannya?

Orang tua mana sih yang tidak ingin anaknya senang. Melihat anaknya tertawa gembira, pasti akan membuat orang tua merasa bahagia. Segalanya akan diberikan oleh orang tua asalkan itu bisa membuat anaknya senang. Anak ingin makan makanan siap saji, hayo...yang penting anak makan dan senang. Anak ingin gadget buat main game, langsung dibelikan, yang penting anak senang ortu tenang. Dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Jika ditanya kenapa, si ortu menjawab, "Saya kerja nyari uang kan buat anak, membahagiakan anak. Selagi ada uang kenapa nggak!"

Jawaban simpel seperti itu yang sering keluar dari mulut ortu. Walau tidak semuanya, ada sebagian yang menjawab, "Cuma sesekali doang kok! Gak sering-sering ini."

Memang benar sih, semua ingin menyenangkan hati anak-anak mereka. Namun senang yang bagaimana? Kalau bisa senang yang bisa memberikan manfaat di suatu saat nanti bukannya malah menjerumuskan anak ke hal-hal yang tidak diinginkan nantinya.

Sadarkah para ortu, dengan membelikan gadget pada anak akan membuatnya jadi kecanduan bermain game dan malas belajar bahkan sampai malas makan? Tentu saja tidak ada larangan untuk membelikan anak gadget, boleh saja, namun lakukanlah controlling. Misalnya, isilah gadget tersebut dengan aplikasi-aplikasi game yang mendidik atau edu game. Berikan jadwal kapan waktunya anak boleh bermain dengan gadget dan berapa lama, misalkan setelah anak selesai belajar dan mengerjakan pekerjaan rumahnya dan hanya boleh bermain selama 1 atau 2 jam. Atau hanya boleh main gadget pada waktu libur. Memberikan bonus perpanjangan waktu bermain game saat anak melakukan perbuatan baik akan membuat anak semangat untuk melakukan banyak perbuatan baik lainnya :)

Begitupun dengan konsumsi makanannya. Makanan cepat saji kebanyakan menyajikan makanan-makanan yang menggiurkan kita termasuk anak-anak untuk datang berkunjung. Bahkan harga promo dan paket yang ditawarkan sangat menggoda para ortu apalagi ibu-ibu. Sudahlah murah, praktis, tidak repot-repot masak, anak senang, rasanya pun enak! Padahal sering-sering mengkonsumsi makanan siap saji tidak baik bagi kesehatan lho! Apaalagi bagi anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan.

Rasanya yang lezat tidak jarang membuat anak untuk merengek-rengek pada orang tua agar membelikan makanan siap saji tiap hari. Ortu yang ingin anaknya banyak makan pun tidak sering meluluskan keinginan si anak. Walaupun efek negatif dari makanan siap saji tidak langsung terasa, namun dalam jangka waktu lama si anak bisa terkena efek negatifnya seperti, masalah pencernaan, obesitas atau pun melemahnya kemampuan otaknya.

Masih banyak lagi contoh lainnya yang sering dilakukan oleh ortu dengan alasan 'yang penting anaknya senang'. Selalu mengabulkan semua permintaan dan kehendak anak akan membentuknya menjadi anak dengan sifat yang egois dan bahkan suka melawan pada ortunya karena terbiasa dengan 'tidak pernah di tolak'.

Tidak jarang ortu mengeluh tidak tega melihat anaknya sedih dan kecewa, sehingga akhirnya luluh dan mengabulkan permintaan si anak. Di sini kata 'tega' mungkin bisa kita ganti dengan kalimat 'demi kebaikan anak'. Sama seperti menyapih anak, jadi harus sedikit tega yah! :)

Tidak melulu anak hanya merasakan rasa senang dan bahagia. Sesekali anak mungkin juga perlu merasakan rasa sedih, sakit dan kecewa. Ini bisa untuk melatih mentalnya. Tentu saja ortu juga harus bisa menjelaskan dengan baik kepada anak, kenapa keinginannya sampai tidak bisa dipenuhi.

Jadi tidak semua keinginan anak harus dipenuhi hanya untuk membuatnya senang. Sayang anak tidak berarti dengan mengabulkan semua keinginannya. Ingatlah efek jangka lama yang akan berakibat pada masa depan anak. Walaupun ortu merasa mampu memenuhi semua keinginannya, namun anak perlu diajarkan juga dan tahu apa saja yang penting dan baik bagi dirinya :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar