Bulan puasa merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan. Selain itu, bulan puasa juga memberikan banyak cerita yang penuh warna bagi saya. Baik itu cerita suka maupun cerita duka, semuanya bersatu saat saya menunaikan ibadah puasa. Agar tidak larut dalam kesedihan, sebaiknya saya menceritakan sebuah cerita suka saja yaa… :)
Ini terjadi beberapa hari yang lalu, ketika saya bersama empat orang sahabat saya sepakat untuk menginap di rumah salah seorang sahabat. Rencananya kami akan menginap sehari semalam dan akan sahur serta berbuka puasa bersama.
Pagi-pagi kami sudah berkumpul di rumah sahabat saya yang bernama Devi. Dan kami sepakat untuk memasak sendiri hidangan untuk buka puasa nanti. Bahan-bahan untuk semua menu yang akan kami masak pun akhirnya di catat. Karena menurut Devi pasar tradisional dan swalayan lumayan jauh dari rumahnya, maka saya bersama dengan salah seorang sahabat lainnya, menawarkan diri untuk belanja di warung yang menjual sayur, yang berada tak jauh dari rumah Devi.
Semua bahan kami dapatkan kecuali kelapa parut. Padahal kami belanja ke warungnya sudah termasuk pagi lho, menurut kami. Namun hari ini, entah mengapa semua orang sepertinya memerlukan kelapa parut, hingga tidak menyisakannya untuk kami, hiks :(
Sahabat saya yang lain akhirnya mengusulkan agar mencari kelapa parutnya nanti siang saja. Karena pagi ini kami punya rencana lain. Yah sudahlah, kami pun melanjutkan rencana kami selanjutnya.
Sekitar pukul empat sore, kami pun mulai meracik bumbu-bumbu untuk hidangan berbuka nanti. Nah, pas giliran si takjil yang notabene menggunakan santan, kami baru ingat kalau kelapanya belum jadi kami beli.
Dua orang teman saya akhirnya berkeliling di sekitar perumahan, mencari warung-warung yang mungkin menjual kelapa atau santan. Namun entah kenapa semua warung sepertinya kompak kehabisan kelapa, bahkan santan kemasan sekalipun. Waduh!
Mulai panik? Salah seorang sahabat saya sih memang terlihat panik. Namun kemudian Devi menawarkan solusi lain, yaitu santan untuk membuat takjilnya diganti dengan susu. Yah, tak ada rotan, akar pun jadi. Kalau hasilnya enak, ini akan merupakan sebuah resep baru kreasi kami, hehehe.
Pelajaran hari itu, jangan menunda-nunda membeli barang yang dibutuhkan, karena jika barangnya ternyata nggak ada, padahal waktunya dah mepet, yang ada berabe kaan :D Lalu jika kamu terbentur dalam satu masalah, pasti akan selalu ada solusi. Berkreasilah dengan cara yang lain, karena mungkin cara ini malah lebih enak dan sehat. Sipp deh!! :)
Eh, masalah tak selesai sampai di situ saja teman-teman. Karena kami semua pada puasa, jadi pada saat mencoba masakan, apakah rasanya sudah pas atau belum, semuanya pada bingung. Mending kalau ada yang lagi nggak puasa dan bisa icip-icip rasa masakannya. Ada sih, salah seorang sahabat saya membawa keponakannya yang baru berumur 6 tahun. Hari ini si kecil ini puasa setengah hari.
Kami pun meminta si kecil untuk mencicipi rasa masakannya. Katanya sih enak, namun kami semua jadi sangsi, beneran enak nggak sih? Yang namanya anak kecil, terkadang semua rasa masakan enak menurut mereka, hehe.
Saya pun ingat, nenek dulu pernah mengajarkan saya bagaimana caranya memastikan bahwa masakan kita sudah pas atau belum garam dan gulanya. Untuk masakan yang berkuah, tinggal ambil kuahnya sedikit, lalu taruh di atas kuku kita. Jika kuahnya ternyata tidak lengket di kuku, berarti garam atau gulanya sudah pas. Begitupun sebaliknya, jika kuahnya ternyata menyebar dan lengket di kuku, berarti masih kurang garam atau gulanya.
Sedangkan untuk masakan yang tidak berkuah, kata nenek sebenarnya boleh dicicipi, tapi cukup di ujung lidah saja. Jangan sampai tertelan! Yang ada batal puasanya, hehehe
Saya sendiri sampai sekarang belum pernah mencoba tips dari nenek saya ini. Soal kuku itu, entah mitos atau beneran, yang pasti masakan nenek saya selalu enak :D
Nah, kalau mencicipi sampai ujung lidah nih, saya pernah dengar. Katanya sih memang boleh, asalkan jangan sampai tertelan. Saya juga belum pernah mencoba cara yang satu ini, takut tertelan soalnya, hehe.
Hari itu, saya pun mencoba mempraktekkan cara yang diajarkan oleh nenek. Masakan kami pun akhirnya selesai semua. Pas waktunya berbuka, entah karena lapar atau memang tips dari nenek ini benar-benar cespleng, masakan kami terasa enak semuaa… Alhamdulillah :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar