Tampilkan postingan dengan label Cerita Uni. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Uni. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 Maret 2020

Senin, Maret 23, 2020

Tips Memilih Rumah atau Kontrakan


Kamu baru saja mendapat kerjaan baru yang tempatnya jauh dari rumah orangtua? Kamu yang biasa tinggal dengan orangtua, terpaksa harus ngontrak rumah agar bisa dekat dengan tempat kerja? Atau memang kamu niat pisah rumah dari orangtua agar bisa belajar mandiri? Atau hendak memulai hidup baru dengan pasangan di rumah kontrakan? Atau lagi rehab rumah? Atau memang belum bisa beli rumah? Mungkin itu sebagian dari alasan orang ingin mengontrak rumah.

Senin, 13 Juli 2015

Senin, Juli 13, 2015

Waspada Saat Traveling, Jangan Simpan Barang Berharga dalam Bagasi


Dulu, duluu sekali, saya beranggapan bahwa bandara di Indonesia merupakan satu-satunya tempat paling aman dari segala bentuk tindak kriminalitas. Pengamanan yang super ketat dan berlapis-lapis, membuat transportasi udara ini menjadi salah satu pilihan saya untuk traveling (selain alasan waktu tempuhnya yang terbilang cepat).

Kamis, 25 Juni 2015

Kamis, Juni 25, 2015

Tips Mecicipi Masakan di Bulan Puasa ala Nenek

Bulan puasa merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan. Selain itu, bulan puasa juga memberikan banyak cerita yang penuh warna bagi saya. Baik itu cerita suka maupun cerita duka, semuanya bersatu saat saya menunaikan ibadah puasa. Agar tidak larut dalam kesedihan, sebaiknya saya menceritakan sebuah cerita suka saja yaa… :)

Ini terjadi beberapa hari yang lalu, ketika saya bersama empat orang sahabat saya sepakat untuk menginap di rumah salah seorang sahabat. Rencananya kami akan menginap sehari semalam dan akan sahur serta berbuka puasa bersama.

Selasa, 23 Juni 2015

Selasa, Juni 23, 2015

UKK, Jawaban Ujian Harus Sama Persis dengan Kunci Jawaban!

Jika sudah masuk waktunya ujian, biasanya para orangtua, khususnya kaum ibu akan ikut ujian pula. Apalagi bagi orangtua yang anaknya masih duduk di bangku sekolah dasar, ibunya pun mau tak mau harus ikut belajar dengan anaknya.

Begitu juga dengan saya, ketika anak saya yang duduk di kelas 2 sebuah SDN di bilangan Jakarta Selatan akan belajar, saya pun ikut belajar lagi. Dan biasanya di akhir pelajaran, saya akan mengajukan berbagai pertanyaan pada anak saya. Dan kegiatan ini rutin saya lakukan setiap anak saya akan ujian.

Seusai ujian, bukannya anak-anak yang deg-degan dengan hasil ujian, namun lebih ke orangtuanya. Kalau saya sendiri mungkin lebih kepada apakah anak saya mampu mengingat pelajaran yang saya ajarkan padanya waktu itu atau tidak.

Maka tak ayal lagi, ketika kertas hasil ulangan dibagikan, saya pun akan mengkroscek semua jawaban anak saya. Jika ada yang menurut saya benar namun di salahkan oleh gurunya, maka saya pun akan menanyakan pada gurunya, kenapa?

Sehabis UKK (Ujian Kenaikan Kelas) kemarin, seperti biasa saya pun memeriksa hasil ujian anak saya. Sebenarnya nilai anak saya termasuk bagus, menurut saya. Namun bagi saya bukan masalah bagus atau tidaknya, namun lebih kepada kenapa jawaban yang benar di salahkan oleh gurunya. Saya seperti biasa, selalu berpikir positif, mungkin gurunya lelah. Sehingga agak teledor ketika memeriksa jawaban murid-muridnya.

Namun bagaimanapun saya tetap ingin menanyakan pada gurunya. Contoh soal essay yang saya tanyakan adalah sebagai berikut :

Sebutkan 3 contoh bangun datar yang kamu ketahui!

Dan anak saya menjawab :
Trapesium, Lingkaran dan Segitiga

Jawaban anak saya yang trapesium dan lingkaran disalahkan oleh gurunya, yang benar cuma segitiga.

Dan saya pun bingung, kenapa salah? Bukankah trapesium dan lingkaran termasuk dalam bangun datar. Tanpa harus memeriksa kebenarannya dalam buku cetak pelajarannya pun saya sudah yakin. Waktu saya masih SD, trapesium, jajaran genjang, lingkaran, segitiga, persegi panjang bujur sangkar, itu semua masuk dalam bangun datar.

Dan tahukah kamu, apa jawaban dari gurunya ketika saya menanyakannya? Karena jawabannya tidak sesuai dengan lembaran kunci jawaban yang sudah ada. Apaa??!

Ibu gurunya mengatakan bahwa untuk UKK, yang membuat soal ujian bukan hanya dari sekolah ini, namun bersama-sama dengan sekolah lainnya. Sekolah ini hanya ikut membuat soal ujian untuk mata pelajaran IPA, sedangkan untuk mata pelajaran lainnya yang mengerjakan adalah sekolah lain. Setiap soal ujian tersebut sudah ada kunci jawaban yang diberikan dari sekolah yang membuat soalnya.

Dan jawaban anak saya tidak sesuai dengan kunci jawaban yang diterimanya dari sekolah yang telah membuat soal Matematika tersebut! Karena jawaban yang tertera pada lembaran kunci adalah Jajaran Genjang, Persegi Panjang dan Segitiga!

Ampuun deh! Saya sempat bersitegang dengan gurunya. Namun sang guru kukuh dengan jawabannya, bahwa dia tidak bisa membetulkan jawaban anak saya, karena itu berarti dia melanggar prosedur dan ketentuan.

Namanya soal essay, ada banyak kemungkinan jawaban benar yang mungkin bisa diisi oleh murid-murid. Namun hanya karena tidak sesuai dengan lembar jawaban kunci, maka guru pun berhak menyalahkan jawaban benar tersebut. Saya tidak tahu lagi harus bicara apa. Berdebat dengan guru yang cara berpikirnya seperti ini, tidak ada gunanya bagi saya. Apalagi di bulan puasa, sepertinya menghabiskan energi saya saja.

Menurut saya untuk soal essay, mungin kunci jawaban mestinya memuat seluruh kemungkinan jawaban yang benar, yang mungkin akan di jawab oleh anak-anak, sehingga guru-guru yang berpikiran sama seperti guru anak saya, bisa memilih dan memilah jawaban yang diisi oleh anak didiknya.  Dalam hati saya masih bersyukur, untunglah tidak banyak jawaban anak saya yang disalahkan gara-gara kunci jawaban konyol ini. Namun bagaimana dengan nasib anak-anak lain, yang nilainya terjebak gara-gara kunci jawabn ini?

Kamis, 09 April 2015

Kamis, April 09, 2015

Pengalaman Pertama Ikut Ajang Lomba Masak

Berawal dari iseng, akhirnya membawa saya untuk ikutan sebuah ajang lomba memasak. Iyah, iseng ketika membaca di akun media sosial salah satu super market terkenal di Indonesia yaitu Carrefour, yang sedang mengadakan sebuah kompetisi memasak.

Saya pun membaca syarat dan ketentuannya. Ooh, cuma ngirim foto masakan toh! gumam saya. Foto masakan yang dikirimpun ditentukan oleh Carrefour dan resepnya bisa didapatkan di Carrefour setelah kita belanja minimal Rp 250.000,- Begitu saja, usai membaca dan saya pun melupakannya.