Selasa, 27 Agustus 2013

Penyesalan (bagian 1)

"Makanan apa yang kamu masak ini! Rasanya gak karuan!" bentak Rois.


"Tapi bang, saya sudah berusaha masak makanan kesukaan abang, maaf ya bang," sahut Sovia lirih.


"Halah jangan banyak alasan kamu! Bilang aja kamu sengaja bikin masakan gak enak ini, biar aku gak bisa makan! Iya kaan!" suara Rois semakin meninggi.


"Nggak bang, saya gak mungkin ngelakuin itu. Saya be..


"Jangan ngejawab juga kamu! Mana mau kamu ngaku! Dasar istri tak berguna!!" telapak tangan Rois langsung melayang di wajah Sovia.


"Plaakk!"


"Aduuh.." Sovia terpekik kesakitan.


"Sakit bang, ampuun.."kata Sovia dengan suara tersendat-sendat menahan sakit dan tangis.



Rois pun melangkah pergi dengan wajah masih menyimpan emosi. Sementara Sovia lari ke kamar dan tangisnya pun pecah disana. Ini bukan pertama kalinya Rois memukulnya. Hampir setiap hari, ia kerap kena dampratan suaminya itu. Ada ada saja kesalahan Sovia yang dicari-cari oleh Rois. Kemarin karena ia lupa menyemir sepatu suamiya itu, ia langsung dimarahi oleh Rois. Lusa kemarinnya lagi, cuma gara-gara ia telat membukakan pintu ketika sang suami pulang, ia didamprat dengan kata-kata yang kasar bahkan kemudian ia kena pukul lagi. Padahal ia telat membukakan pintu karena ia lagi sholat.


Pernikahan mereka yang sudah berjalan selama 3 tahun ini belum juga dikaruniai anak. Di tahun pertama pernikahan mereka Rois sangat bersikap baik padanya. Layaknya pasangan yang baru menikah, mereka selalu kelihatan mesra. Rois sering bercanda dan menggoda dirinya. Ia merasa menjadi istri yang paling bahagia sejagat raya. Namun memasuki 2 tahun pernikahan mereka, sikap Rois mulai sedikit berubah. Dia tidak pernah lagi menggoda dirinya, sering pulang kerja larut malam dan bahkan Rois mulai jarang mengajaknya mengobrol. Lama kelamaan Rois bersikap dingin pada dirinya.


Sikap Rois ini tentu saja membuat Sovia bingung. Ia pun menanyakan apa yang menjadi ganjalan di pikirannya.


"Bang, kenapa akhir-akhir ini abang jadi pendiam bang?" tanya Sovia. Wajah Rois pun langsung melihat ke arah Sovia.


"Saya merasa abang seperti bersikap dingin kepada saya. Apa saya ada salah bang? Kalo iya, tolong diberitahu bang, biar saya bisa perbaiki kesalahan saya itu", sambung Sovia lagi.


Namun bukannya menjawab, Rois langsung memalingkan wajahnya. Tak menunggu lama Rois pun bangkit dari duduknya dan langsung menuju teras luar. Tinggallah Sovia dengan tampang kuyu dan sedih menatap punggung suaminya yang melangkah menuju teras. Suasana seperti itu pun terus berlanjut hingga usia pernikahan mereka menginjak 3 tahun. Ditahun inilah Rois mulai memukulnya sampai sekarang.


Pada suatu waktu secara tak sengaja, Sovia bertemu dengan teman kantor suaminya yang juga merupakan teman dekat dari suaminya.


"Hai mas Niko!" kata Sovia.


"Eh, mba! Apa kabarnya nih mba? Lagi belanja apa nih!" sambut Niko sambil melirik ke keranjang Sovia.


"Kabar baik mas! Mas sendiri gimana kabarnya! Ini.. biasa mas, keperluan rumah tangga!" jawabnya Sovia sambil tersenyum.


"Oh saya baik-baik juga. Sering belanja disini ya mba?" tanya Niko.


"Syukurlah! Iya mas, saya sering kesini. Mas juga sering kesini ya? kok kita gak pernah ketemu ya?"Sovia balik bertanya lagi.


"Kalo saya baru kali ini sih belanja disini. Kebetulan toko swalayan tempat saya biasa belanja, hari ini kehabisan susu. Jadi saya nyari-nyari sampai kesini,"jelas Niko.


"Ooh, begituu. Pantesan saya gak pernah liat,"kata Sovia sambil mangut-manggut.


Mereka pun berbincang dengan akrabnya. Sovia yang kemudian kepikiran untuk mengorek informasi tentang suaminya pun kemudian mengajak Niko untuk melanjutkan obrolan sambil makan dan minum di cafe.


Sambil meminum jus yang tadi dipesannya, Sovia pun mulai membuka percakapan. Awalnya ia menanyakan, bagaimana kerja suaminya di kantor. Namun ketika ia mulai menanyakan apakah suaminya pernah bercerita perihal rumah tangga mereka, terlihat Niko berusaha untuk tidak mencampuri urusan rumah tangga mereka. Sovia terus berusaha mendesak Niko untuk berterus terang kepadanya. Kemudian Sovia menceritakan bagaimana perlakuan suaminya dirumah terhadap dirinya. Kekerasan yang selalu didapatnya dari Rois. Mengingat kembali hal itu membuat tangis Sovia pun pecah. Ia menangis tersedu-sedu. Melihat hal ini Niko pun menjadi iba kepada Sovia. Akhirnya ia pun menceritakan apa yang pernah diceritakan Rois pada dirinya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar