Sabtu, 31 Agustus 2013

Penyesalan (bagian 3)

Selama dalam perjalanan pulang menuju rumah, Sovia kembali teringat perbincangannya dengan mas Niko. Kenyataan bahwa mas Rois berubah karena dia diduga mandul. Dia tidak menyangka mas Rois bisa berpikiran picik seperti itu. Kenapa ia tidak menanyakan secara baik-baik padanya, mendiskusikan dan mencari solusi jika memang ia mandul. Namun kenyataannya ia dan juga mas Rois belum tahu apakah ia benar-benar mandul, ia kan belum memeriksakan diri ke dokter. Banyak kenyataan bahwa ada pasangan suami istri yang belum dikarunia anak dan kedua-duanya ternyata tidak mandul. Kenapa mas Rois bisa menuduhnya tanpa membuktikan terlebih dahulu dugaannya tersebut. Ini membuat Sovia kecewa dengan mas sikap Rois.


Selama dalam perjalanan itu pula Sovia kembali teringat kenangan indahnya ketika ia baru berkenalan dengan mas Rois. Ia dan mas Rois kuliah di kampus yang sama. Mas Rois adalah kakak tingkatnya waktu itu. Sovia yang kuliah di jurusan teknik telekomunikasi disarankan untuk meminjam buku materi perkuliahan pada kakak tingkat dengan nomor BP yang sama pada angka terakhirnya. Maka disanalah awal perkenalannya dengan mas Rois. Ia sering meminjam buku dan berkonsultasi tentang mata kuliah yang sedang dipelajarinya.


Mas Rois adalah lelaki dengan perawakan sedang, mudah tersenyum sehingga terkesan ramah. Tetapi ia memang baik dan ramah. Dan itulah yang membuat Sovia mulai suka pada mas Rois. Dan gayung pun bersambut, ternyata mas Rois pun menyukai Sovia. Jadilah mereka berpacaran. Selama dalam masa berpacaran Rois sangat perhatian sekali pada Sovia. Itu membuat Sovia semakin sayang padanya.


Hari-hari pun berlalu dengan cepatnya. Mereka tetap berpacaran walaupun sekali-kali sempat terjadi pertengkaran kecil yang tak berarti. Dan biasanya selalu gara-gara Sovia yang ngambek minta perhatian lebih dari Rois. Namun itu tak berlangsung lama karena Rois selalu dengan tenang bisa membuat Sovia tersenyum kembali. Hingga tak terasa Rois pun akhirnya menyelesaikan kuliahnya. Tidak butuh waktu lama baginya mendapatkan pekerjaan karena Rois memang terbilang pintar. Ia di terima di salah satu perusahaan telekomunikasi terkenal. Sedangkan Sovia yang masih kuliah bertambah semangat untuk cepat menyelesaikan kuliahnya juga dan mengikuti jejak Rois. Selama itu mereka tetap berhubungan, hingga Sovia akhirnya menamatkan kuliahnya. Beberapa bulan nganggur akhirnya Sovia pun mendapatkan pekerjaan.


Setelah setahun bekerja, Sovia akhirnya dilamar oleh Rois. Jadilah mereka ke pelaminan dan menjadi pasangan suami istri. Enam bulan menikah, tidak ada tanda-tanda kehamilan pada diri Sovia. Akhirnya Rois menyuruh Sovia untuk berhenti dari pekerjaannya, istirahat di rumah dan menyarankan sebaiknya ia melakukan pekerjaan sebagaimana layaknya ibu rumah tangga. Sovia pun tidak keberatan, karena ia sendiri juga ingin cepat punya anak. Harapannya, jika ia bisa istirahat dan tidak terlalu lelah dengan pekerjaan kantor, ia bisa cepat-cepat hamil. Namun setahun berlalu, masih tidak ada tanda-tanda kehamilan yang ia harap-harapkan.


Lamunan Sovia pun terhenti ketika sopir taksi menegurnya mengatakan bahwa mereka sudah sampai pada alamat yang dituju. Sovia pun turun dan membayar ongkos taksi. Kakinya pun mulai melangkah menuju rumahnya. Sesampai di depan pintu masuk, tiba-tiba Sovia mendengar suara orang berbincang-bincang dari dalam rumah. Ia pun urung membuka pintu. Ia mencoba mendengarkan percakapan dengan mendekatkan telinganya ke daun pintu. Dua suara itu seperti dikenalnya. Satu lagi yang pasti suara suaminya sedang yang satu lagi suara ibu mertuanya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar