Awalnya suara-suara itu terdengar tidak begitu jelas, namun setelah didengar secara cermat, lambat laun Sovia mulai menangkap isi pembicaraan antara mas Rois dan ibu mertuanya itu.
"Ibu bertanya lagi, sudah berapa lama kamu menikah Rois!"nada suara Ibu terdengar keras.
"Tapi Bu, saya dan Sovia kan ma..",belum selesai Rois menjawab, Ibunya sudah langsung menyela.
"Jawab saja pertanyaan Ibu! Sudah berapa lama kamu menikah! Jangan cari-cari alasan!"bentak Ibu.
"Sudah 3 tahun lebih Bu."jawab Rois dengan raut muka sedih.
"Nah, sudah lebih 3 tahun, dan kamu belum juga dikaruniai anak. Dan jelas-jelas kamu tidak mandul, jadi sudah pasti istrimulah yang mandul. Itu sudah bisa kamu jadikan alasan untuk menceraikan Sovia!"kata Ibu lagi dengan suara yang lantang.
Deg! Jantung Sovia seakan berhenti berdetak mendengar perkataan ibu mertuanya. Ibu mertuanya menginginkan ia dan mas Rois bercerai! Ya ampuun, petaka apalagi ini yang menimpa dirinya! Apakah ini yang menyebabkan mas Rois berubah? Apakah semua karena hasutan dari ibunya?
Dari dulu..dari dulu, ibu mas Rois memang tak terlalu akrab dengannya, terlihat seperti menjaga jarak. Tapi ibu mas Rois juga tak menolak ketika mas Rois ingin melamar dirinya. Dulu ia sering bertanya-tanya, apakah ibu mertuanya benar-benar merestui pernikahan mereka. Ternyata inilah jawabannya! Ibu mas Rois sebenarnya tak terlalu menyukai dirinya, namun ia tidak menampakkannya didepan mereka berdua. Sebagai ibu yang baik, semestinya ibu mertuanya tidak menyarankankan anaknya untuk bercerai!
Setelah menenangkan perasaannya. Dengan langkah pelan, Sovia beranjak menuju pagar. Ia menyetop taksi yang lewat, dan meminta sopir untuk mengantarnya ke rumah sakit.
Ia harus memeriksakan dirinya ke dokter. Ia ingin kepastian, apakah benar ia mandul seperti yang diduga oleh mas Rois dan ibu mertuanya. Jika terbukti ia mandul, ia rela diceraikan oleh mas Rois, namun jika tuduhan itu tidak terbukti, maka ia akan mempertahankan pernikahannya dan menuntut permintaan maaf dari mas Rois karena selama ini telah menuduhnya dan memperlakukannya semena-mena!
Usai melakukan pemeriksaan, Sovia pun pulang ke rumah dan bersikap seperti biasa, seakan tak terjadi apa-apa. Tiga hari lagi, ia akan bisa mengetahui hasil pemeriksaan hari ini. Ia sudah tidak sabar lagi, menunggu hasilnya. Dalam hatinya tersimpan juga perasaaan gundah, bagaimana jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia benar-benar mandul? Apakah ia sanggup menerima kenyataan ini? Seorang wanita yang tidak bisa melahirkan anak, apalah gunanya! Belum lagi kenyataan bahwa ia akan diceraikan oleh mas Rois! Dunianya pasti benar-benar runtuh!
Tiga hari kemudian, dengan langkah cepat Sovia memasuki pelataran rumah sakit dan menemui dokter yang memeriksanya. Antara rasa penasaran, gundah dan harap-harap cemas, semua berkecamuk di benaknya.Ketika asisten dokter memanggil namanya, dengan hati deg-degan ia memasuki ruang dokter.
"Selamat siang bu Sovia, silahkan duduk," kata Dokter sambil tersenyum ramah dari balik kaca matanya.
"Siang Dokter! Terima kasih,"balas Sovia sembari duduk.
"Ini hasil lab dari pemeriksaan kemarin ya Bu," kata Dokter. Lalu Dokter pun membuka map berisi kertas hasil pemeriksaan dari lab terhadap Sovia tiga hari yang lalu.
Terlihat sang Dokter membaca hasil lab dengan tenangnya. Selesai membacanya, wajah Dokter pun langsung menatap ke arah Sovia, hendak menjelaskan.
"Bagaimana hasilya Dok? Apakah saya mandul?" tanya Sovia dengan nada gelisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar