Selasa, 10 September 2013

Penyesalan (bagian 9)

Wajah Rois terlihat gelisah, ia mondar mandir diluar ruang persalinan. Di saat itu pula ibunya tiba dengan tergesa-gesa. Tanpa banyak tanya, ibu Rois seakan mengerti bahwa Sovia saat ini sedang dalam proses persalinan. Walaupun terpancar sedikit kecemasan diwajahnya namun ibu Rois terlihat lebih tenang dan mampu mengendalikan perasaannya dibanding anaknya.


Jam terasa berdetak lama, seakan sengaja menguji kesabaran Rois. Namun tak berselang lama akhirnya Rois mendengar suara tangisan bayi dari dalam ruang persalinan. Ia dan ibunya bernafas lega dan mulai tersenyum. Namun entah mengapa lama mereka menanti, pintu ruang persalinan belum juga terbuka. Rois sudah tidak sabar lagi ingin bertemu istri dan anaknya. Ketika akhirnya pintu terbuka, ia melihat istrinya yang tergeletak pada sebuah brangkar yang didorong dengan cepat oleh dua orang suster dan di ikuti oleh seorang dokter. Mereka terlihat terburu-buru. Rois pun berusaha mengejar brangkar dan dengan nafas terengah-engah bertanya pada dokter.


"Mau dibawa kemana istri saya dok? Kenapa dengan dia!?" buru Rois cepat.


"Maaf Pak! Istri Bapak dalam keadaan kritis. Sekarang ia koma, kami akan membawanya ke ruang UGD!" jawab dokter.


"Kritis kenapa Dok? Apa yang terjadi pada istri saya!" tukas Rois panik.


"Maaf Pak! Nanti saja saya jelaskan. Sekarang kami harus buru-buru menyelamatkan istri Bapak. Tolong tunggu disini saja Pak!" jawab dokter itu cepat.


Walaupun hatinya ingin terus mengikuti langkah sang dokter, namun dipaksanya kakinya untuk berhenti dan terus mengamati dengan raut cemas sampai brangkar yang membawa istrinya hilang dibelokan lorong rumah sakit. Dengan langkah cepat ia kembali ke ruang persalinan dan melihat ibunya sudah ada didalam ruangan.


Ketika ibunya melihat Rois masuk, ia pun langsung bergegas menanyakan.


"Kenapa dengan Sovia Rois?" tanya ibu.


"Kata dokter ia kritis bu, saya juga belum tahu kenapa. Tapi dokter sedang membawanya ke UGD," jawab Rois serak.


Kemudian pandangan Rois beralih pada seorang suster yang sedang menggendong dan membersihkan seorang bayi. Ia pun menghampirinya.


"Bayi saya laki-laki atau perempuan Sus?" tanya Rois.


"Bayinya perempuan Pak. Selamat ya Pak!" jawab suster ramah.


Ia pun mengamati wajah mungil anaknya, mengusap pipinya, lembut. Kemudian mengecup kening bayi mungil tersebut.


"Apa yang terjadi pada istri saya Sus?" tanya Rois pelan.


Suster pun langsung memandang ke arah Rois. Tampak wajah Rois yang khawatir dan riak cemas terlihat nyata dari bola matanya. Susterpun menatap dengan penuh iba.


"Istri Bapak mengalami pendarahan hebat. Sabar ya Pak! Dokter akan berusaha menolongnya, " jawab suster berusaha memberi semangat.


Tak ada lagi yang bisa dilakukan Rois selain berdoa dan menunggu kabar dari dokter yang merawat istrinya.


Untuk perawatan anaknya untuk sementara dipercayakannya pada ibunya dan juga ditolong oleh suster dirumah sakit.


Setelah penantian yang terasa sangat panjang dan menyiksanya, akhirnya seorang dokter datang menghampirinya.


"Maaf Pak! Bapak suaminya ibu Sovia?" tanya dokter.


"Iya dok! Bagaimana dengan istri saya dok?" tanya Rois dengan nada cemas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar