Selasa, 23 Juni 2015

Selasa, Juni 23, 2015

UKK, Jawaban Ujian Harus Sama Persis dengan Kunci Jawaban!

Jika sudah masuk waktunya ujian, biasanya para orangtua, khususnya kaum ibu akan ikut ujian pula. Apalagi bagi orangtua yang anaknya masih duduk di bangku sekolah dasar, ibunya pun mau tak mau harus ikut belajar dengan anaknya.

Begitu juga dengan saya, ketika anak saya yang duduk di kelas 2 sebuah SDN di bilangan Jakarta Selatan akan belajar, saya pun ikut belajar lagi. Dan biasanya di akhir pelajaran, saya akan mengajukan berbagai pertanyaan pada anak saya. Dan kegiatan ini rutin saya lakukan setiap anak saya akan ujian.

Seusai ujian, bukannya anak-anak yang deg-degan dengan hasil ujian, namun lebih ke orangtuanya. Kalau saya sendiri mungkin lebih kepada apakah anak saya mampu mengingat pelajaran yang saya ajarkan padanya waktu itu atau tidak.

Maka tak ayal lagi, ketika kertas hasil ulangan dibagikan, saya pun akan mengkroscek semua jawaban anak saya. Jika ada yang menurut saya benar namun di salahkan oleh gurunya, maka saya pun akan menanyakan pada gurunya, kenapa?

Sehabis UKK (Ujian Kenaikan Kelas) kemarin, seperti biasa saya pun memeriksa hasil ujian anak saya. Sebenarnya nilai anak saya termasuk bagus, menurut saya. Namun bagi saya bukan masalah bagus atau tidaknya, namun lebih kepada kenapa jawaban yang benar di salahkan oleh gurunya. Saya seperti biasa, selalu berpikir positif, mungkin gurunya lelah. Sehingga agak teledor ketika memeriksa jawaban murid-muridnya.

Namun bagaimanapun saya tetap ingin menanyakan pada gurunya. Contoh soal essay yang saya tanyakan adalah sebagai berikut :

Sebutkan 3 contoh bangun datar yang kamu ketahui!

Dan anak saya menjawab :
Trapesium, Lingkaran dan Segitiga

Jawaban anak saya yang trapesium dan lingkaran disalahkan oleh gurunya, yang benar cuma segitiga.

Dan saya pun bingung, kenapa salah? Bukankah trapesium dan lingkaran termasuk dalam bangun datar. Tanpa harus memeriksa kebenarannya dalam buku cetak pelajarannya pun saya sudah yakin. Waktu saya masih SD, trapesium, jajaran genjang, lingkaran, segitiga, persegi panjang bujur sangkar, itu semua masuk dalam bangun datar.

Dan tahukah kamu, apa jawaban dari gurunya ketika saya menanyakannya? Karena jawabannya tidak sesuai dengan lembaran kunci jawaban yang sudah ada. Apaa??!

Ibu gurunya mengatakan bahwa untuk UKK, yang membuat soal ujian bukan hanya dari sekolah ini, namun bersama-sama dengan sekolah lainnya. Sekolah ini hanya ikut membuat soal ujian untuk mata pelajaran IPA, sedangkan untuk mata pelajaran lainnya yang mengerjakan adalah sekolah lain. Setiap soal ujian tersebut sudah ada kunci jawaban yang diberikan dari sekolah yang membuat soalnya.

Dan jawaban anak saya tidak sesuai dengan kunci jawaban yang diterimanya dari sekolah yang telah membuat soal Matematika tersebut! Karena jawaban yang tertera pada lembaran kunci adalah Jajaran Genjang, Persegi Panjang dan Segitiga!

Ampuun deh! Saya sempat bersitegang dengan gurunya. Namun sang guru kukuh dengan jawabannya, bahwa dia tidak bisa membetulkan jawaban anak saya, karena itu berarti dia melanggar prosedur dan ketentuan.

Namanya soal essay, ada banyak kemungkinan jawaban benar yang mungkin bisa diisi oleh murid-murid. Namun hanya karena tidak sesuai dengan lembar jawaban kunci, maka guru pun berhak menyalahkan jawaban benar tersebut. Saya tidak tahu lagi harus bicara apa. Berdebat dengan guru yang cara berpikirnya seperti ini, tidak ada gunanya bagi saya. Apalagi di bulan puasa, sepertinya menghabiskan energi saya saja.

Menurut saya untuk soal essay, mungin kunci jawaban mestinya memuat seluruh kemungkinan jawaban yang benar, yang mungkin akan di jawab oleh anak-anak, sehingga guru-guru yang berpikiran sama seperti guru anak saya, bisa memilih dan memilah jawaban yang diisi oleh anak didiknya.  Dalam hati saya masih bersyukur, untunglah tidak banyak jawaban anak saya yang disalahkan gara-gara kunci jawaban konyol ini. Namun bagaimana dengan nasib anak-anak lain, yang nilainya terjebak gara-gara kunci jawabn ini?

Sabtu, 13 Juni 2015

Sabtu, Juni 13, 2015

Mengamati Ransel


Mengamati ransel! Kalimat yang sederhana memang. Namun itulah yang telah ku lakukan selama perjalanan pagi menuju kantor. Bosan dengan gadget, aku mulai mengalihkan pandangan ke jalanan yang selalu macet di tiap jam pergi dan pulang kantor.

Kamis, 09 April 2015

Kamis, April 09, 2015

Pengalaman Pertama Ikut Ajang Lomba Masak

Berawal dari iseng, akhirnya membawa saya untuk ikutan sebuah ajang lomba memasak. Iyah, iseng ketika membaca di akun media sosial salah satu super market terkenal di Indonesia yaitu Carrefour, yang sedang mengadakan sebuah kompetisi memasak.

Saya pun membaca syarat dan ketentuannya. Ooh, cuma ngirim foto masakan toh! gumam saya. Foto masakan yang dikirimpun ditentukan oleh Carrefour dan resepnya bisa didapatkan di Carrefour setelah kita belanja minimal Rp 250.000,- Begitu saja, usai membaca dan saya pun melupakannya.

Kamis, 19 Februari 2015

Kamis, Februari 19, 2015

Manusia dan Si Kepo

Apa itu kepo? Nah itu saja udah kepo namanya hehehe Yang pasti bukan kepompong atau kepo-kepo yang lucu, juga bukan kepolauan, apalagi keponakan yaa.. :D

Kepo itu bahasa gaul anak zaman now yang artinya ingin tau. Banyak lagi bahasa gaul lainnya yang gak saya tau *ketauan deh saya angkatan berapa, hihihi.

Rabu, 18 Februari 2015

Rabu, Februari 18, 2015

Belajar Hening Bersama Adjie Silarus

Berdasarkan pengalaman mas Adjie dalam mempelajari psikologi hidup manusia, bahwa dalam hidup itu kita perlu seimbang. Seimbang dalam filosofi timur disebut 'Yin dan Yang' dan dalam filosofi barat disebut 'Being dan Doing'. Kita sebagai manusia sebaiknya harus seimbang diantara keduanya, Yin dan Yang atau Being dan Doing. Di era sekarang ini manusia lebih ahli di Yang/ Doing-nya. Yang/ Doing adalah dimana kita punya keinginan, misi, impian dan punya obsesi untuk masuk dalam keramaian. Kita ingin mendapatkan sesuatu dengan secepat mungkin dan menggenggam erat apa yang sudah kita punya.

Untuk itu kita perlu menyeimbangkan diri dengan berlatih sisi Yin atau Being kita, karena sekeren, sekaya dan seterkenal apapun kita, kita akan selalu mengalami segmen-segmen kehidupan dimana kita diminta untuk melepaskan atau merelakan pergi dengan ikhlas. Di sini kita tidak lagi diminta untuk segera bertindak namun segera untuk bersabar menunggu. Sehingga pada saat kita mengalami hal-hal yang di sisi Yin/ Being, kita tidak merasa kewalahan karena sudah melatih sisi Yin/ Being kita.

Senin, 02 Februari 2015

Senin, Februari 02, 2015

Berbagi Pengalaman Itu Indah

Cerita mengenai pengalaman kerja, saya gak tau nih nyambung apa nggak sama background pendidikan saya, yaitu Manajamen Informatika. Saya juga belum lama menggeluti bidang ini. Kerja di perusahaan milik pemerintah sebagai tim peliput berbagai acara yang diadakan di sana plus mengelola media sosialnya.
Senin, Februari 02, 2015

Masih Ada Peri Kebaikan di Wajah Ibukota

Mendengar kata ibukota, yang terbayang adalah macet, polusi, gedung-gedung tinggi, sibuk,individu dan jarang sekali rasa sosial yang terlihat. Semua pada sibuk dengan gadget masing-masing dan waktu pun terasa cepat berjalan. Yah, memang begitulah kenyataannya. Saya pun tidak memungkiri bahwa saya sendiri bergerak mengikuti roda ibukota, jika tidak ingin tergilas. Walau terkadang suka rindu dengan kehidupan yang lebih manusiawi, lebih sosialis, waktu yang berjalan dengan santainya, dan saya bisa menikmatinya dengan senyuman, seperti wajah sebuah pedesaan yang ada dalam cerita-cerita fiksi.